skip to Main Content
Cover Ghea & Nathan BAB 4 - Luka Terpendam

Reta sudah kembali ke apartemen. Setelah memasuki unitnya, dia tidak melihat Ghea di ruang manapun. Saat tiba di kamar, terlihat segelas teh dan setengah gelas air putih dibiarkan di atas meja samping ranjang. Dilihatnya bubur untuk Ghea masih tersisa cukup banyak dan Reta bergegas memindahkannya ke dalam kulkas. Lalu, Reta menghubungi ponsel Ghea. Sayangnya tidak dapat tersambung karena ponsel Ghea tidak aktif. Akhirnya Reta mencoba menelpon resepsionis apartemen melalui telepon kamar.

“Halo Brenton. Did you see Ghea?”

“Halo Miss Reta. Miss Ghea left two hours ago with her boyfriend.”

“Boyfriend?”

“Yes, I guess.”

Reta tertegun. “Okay. Thank you, Brenton.”

“Wait a minute, Miss Reta,” cegah Brenton. “Just to make sure, is the water already clean? The plumbers have installed a new filter.”

“There was a problem with the water?”

“Yes. Miss Ghea didn’t tell you?”

“No.” Reta terdiam sejenak. “Ok, please wait, I’ll check the water.”

Reta meletakkan gagang telepon di atas meja, lalu menuju ke wastafel. Air yang keluar sempat keruh sejenak. Setelah sekitar lima detik, airnya jernih kembali. Reta kembali ke teleponnya.

“It’s clear. Thank you, Brenton.”

“Anytime, Miss Reta.”

Reta menutup gagang telepon dan terdiam keheranan.

“Pergi sama pacar? Ghea sama Deryl udah baikan? Atau Deryl minta Ghea untuk dengerin penjelasannya di luar apartemen?” gumam Reta. “Tapi Ghea kenapa ga ngasih kabar sama sekali? Bahkan ponselnya ga aktif. Mana udah dari dua jam lalu mereka pergi.”

Ghea mengecek lagi kotak pesan masuk dan riwayat telepon di ponselnya. Baik Deryl maupun Ghea tidak menghubunginya sama sekali. Reta iseng mengecek status WhatsApp Ghea dan Deryl. Ghea tidak mengunggah status sama sekali. Sementara Deryl, tidak ada status terbaru. Hanya ada status-status lamanya yang berisi kegalauan. Tidak ada unggahan terbaru juga di semua sosial media Ghea dan Deryl. Karena khawatir, Reta terpaksa menelepon Deryl.

“Halo?” sahut Deryl.

“Halo, Ryl. Lo lagi sama Ghea?”

“Hah? Ga, Ta. Seharian ini bahkan dia ga balas telepon dan pesan gue. Kondisi Ghea gimana? Gue mau jelasin semuanya ke dia.”

“Sampai sore tadi dia diem aja. Baru makan dan minum sedikit. Gue tinggal pergi bentar beli makanan. Eh, pas gue balik, dia ga ada di apartemen. Ga bilang gue sama sekali. Kata resepsionis apartemen, Ghea pergi sama…” Reta mendadak mengatupkan bibirnya.

“Sama siapa?” tanya Deryl penasaran.

“Sama ga tau siapa. Nanti gue kabarin lagi, deh!”

“Eh, siapa? Cewek atau co-”

Tut tut tut

Reta menutup teleponnya sebelum Deryl menyelesaikan pertanyaannya.

“Hampir aja. Jangan sampai Deryl tau Ghea pergi sama cowok. Bisa makin lama mereka baikannya.”

Reta terus mencoba menghubungi Ghea setiap lima belas menit. Berharap saat ponsel Ghea aktif kembali, panggilan teleponnya langsung masuk.

===

Nathan berhasil memegangi tubuh Ghea sebelum terjatuh ke lantai karena pingsan. Beberapa kali Nathan menepuk ringan pipi Ghea, sedikit mengguncangkan tubuhnya, dan memanggil namanya, tapi tidak berhasil memulihkan kesadaran Ghea. Nathan membopong Ghea ke mobilnya. Dengan hati-hati, Nathan membaringkan Ghea di kursi tengah. Dia melepas dan menggulung jaket jeansnya, memposisikan kedua kaki Ghea lebih tinggi, lalu menggunakan gulungan jaketnya untuk mengganjalnya.

Semua orang di kafe memperhatikan dan membicarakan mereka berdua. Beberapa orang di pinggir jalan sekitar kafe turut penasaran melihat keramaian yang sedang terjadi. Nathan membawa Ghea ke Rumah Sakit terdekat. Sekitar lima belas menit kemudian, mereka tiba di IGD Rumah Sakit Life & Healthy.

Petugas kesehatan IGD dengan sigap menyiapkan stretcher untuk membawa Ghea masuk ke dalam ruang IGD. Seorang suster meminta Nathan mendaftarkan Ghea sebagai pasien IGD terlebih dahulu. Sementara itu, beberapa perawat dan seorang dokter menangani Ghea di dalam ruangan.

Setelah mendaftar, Nathan diperbolehkan masuk ruang IGD. Di sana, dokter yang menangani Ghea mendatangi Nathan. Setelah mendengar penjelasan dokter, Nathan dipersilahkan menemani pasien. Di salah satu bilik, terlihat Ghea sudah sadar tapi masih terbaring lemah di atas ranjang pasien.

Hasil pemeriksaan Ghea sedang diobservasi oleh dokter selama sekitar satu jam. Nathan menarik kursi kosong di samping kanan ranjang untuk lebih mendekat ke Ghea. Dipandanginya gadis yang tadi begitu ceria, kini terdiam lemas dengan infus menancap di tangan kanannya.

“Hai,” ucap Nathan sambil menggenggam tangan Ghea. Ghea hanya memandang Nathan, lalu tersenyum simpul.

“Minum dulu, ya. Mau air putih atau teh? Biar aku ambilkan.”

Ghea menggeleng. Dia melihat ke arah tas selempangnya yang digantung oleh perawat di sandaran kursi yang diduduki Nathan. Lalu, Ghea menatap Nathan kembali, memberi kode minta tolong diambilkan ponsel di dalam tasnya. Nathan langsung teringat ponsel Ghea yang mati.

“Nanti aku charge. Ada power bank di mobilku. Sekarang aku harus tetap di sini mendampingimu.”

Ghea mengerutkan kening dan menggelengkan kepala.

“Kalau begitu pinjam ponsel kamu,” ujar Ghea lirih.

“Oke.” Nathan kemudian mengeluarkan ponsel dari saku celana chinonya.

“Aku ingat nomor ponsel Reta. Tolong ketikkan.”

Nathan menuruti permintaan Ghea. Setelah diketik, Ghea minta Nathan yang bicara perihal keadaanya. Tanpa protes, Nathan mengikuti lagi keinginan Ghea.

“Halo,” sapa Reta dengan nada ragu-ragu karena tidak mengenali nomor Nathan.

“Halo, Reta. Ini Nathan, kasir restoran Melokal.”

DEG!

Jantung Reta serasa berhenti berdetak. Pria yang dia ingin temui sedari tadi sekarang sedang meneleponnya.

“Halo?” tanya Nathan.

“Oh, halo. Iya, Nathan. Ada apa?”

“Aku sekarang sedang bersama Ghea. Bisa tolong kesini? Kami di IGD Rumah Sakit Life & Healthy.”

“Hah? Ghea kenapa?”

“Nanti aku jelaskan disini. Sekarang kondisinya sudah stabil. Jadi, ga perlu khawatir.”

“Oke, aku kesana sekarang.” Reta langsung bergegas dan memesan taksi online.

Nathan menutup teleponnya, lalu tersenyum menatap Ghea.

“Thanks, ya,” ucap Ghea lirih.

“No worries.”

Tak lama kemudian, seorang perawat memasuki ruang Ghea dan meminta Nathan untuk menemui dokter.

Dokter menunjukkan kepada Nathan hasil observasi Ghea.  Hasilnya menunjukkan kondisi Ghea yang sudah cukup baik. Kendatipun begitu, Dokter menyarankan agar Ghea menginap semalam di ruang IGD. Lalu dokter memberikan resep obat kepada Nathan.

Dokter berpesan kepada Nathan untuk memastikan Ghea meminum obatnya. Pesan lain dari dokter yang harus Nathan ingat adalah mencegah Ghea dari hal-hal yang membuatnya mudah stress. Setelah bicara cukup lama dengan dokter, Nathan menemui Ghea. Nathan mengusap lembut tangan Ghea, lalu pamit untuk mengambil obat, minuman dan makanan ringan di kantin rumah sakit.

This Post Has 0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top
Search